Foto Credit: wikipedia - Gunung Sinabung 1987
Informasi
terakhir tentang erupsi Gunung Sinabung dan para penyintas (Penyintas; dalam
konteks ini adalah para warga/korban yang terdampak dengan erupsi Gunung
Sinabung)
Gunung
Sinabung yang berketinggian 2.451 Mdpl dan secara geografis terletak pada 3º
10` LU, 98º 23,5` BT adalah sebuah gunung api yang terletak di Dataran Tinggi
Karo, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Sesudah kira-kira 400 tahun
tidur panjang, tiba-tiba sejak akhir Agustus 2010 gunung ini menunjukkan
aktivitasnya lagi dan mulai erupsi sejak awal September 2010. Aktivitas
vulkanik dan erupsi tersebut terus terjadi hingga kini. Informasi terakhir yang
ditulis dalam situs resmi Kabupaten Karo, Sumatera Utara erupsi terakhir Gunung
Sinabung terjadi. Pada 1 Desember 2015 Pukul 06.02 WIB. Erupsi dengan tinggi
kolom abu 700 meter dan asap abu-abu tebal.
Dari situs
yang sama, hingga 30 November 2015 populasi warga yang terdampak dengan erupsi
Gunung Sinabung sejumlah 2.591 KK dengan 9.324 jiwa yang terdiri dari 4.620
laki-laki, 4.705 perempuan. Terdapat 538 jiwa lansia, 70 ibu hamil, 778 balita
dan 194 bayi. Populasi warga yang terdampak dengan erupsi Gunung Sinabung ini
tersebar dalam 9 posko penampungan. Sampai saat ini Gunung Sinabung masih
ditetapkan berstatus AWAS (level IV).
Bupati
Kabupaten Karo menetapkan perpanjangan status tanggap darurat yang berlaku pada
tanggal 20 Oktober-23 November 2015 melalui SK Bupati Karo 361/416/BPBD/2015
tentang Penetapan Perpanjangan Status Tanggap Darurat Atas Bencana Erupsi
Gunung Sinabung Kabupaten Karo Tahun 2015.
KEBUTUHAN
MENDESAK
1. Para
penyintas telah lama tinggal di pengungsian dan kondisi pengungsian semakin
menurun. Walaupun pengadaan air bersih untuk minum dan kebutuhan sehari-hari
masih bisa tercukupi namun kualitas sanitasi dan kebersihan lingkungan
pengungsian semakin menurun. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi toilet yang
rusak, pengolahan limbah cair dan padat yang tidak tertangani dengan baik.
Serta minimnya usaha para penyintas yang tinggal di sana untuk memperbaikinya.
Peralatan dan perlengkapan sanitasi pun sangat minim. Kondisi psikologis
penyintas semakin tertekan karena tidak ada informasi yang pasti terkait
relokasi dan pulihnya status Gunung Sinabung menyebabkan tingkat kesehatan mereka
banyak menurun yang menyebabkan tingginya angka kunjungan ke pusat layanan
kesehatan terdekat.
2. Kondisi
bangunan tempat para penyintas tinggal sangat padat, kurang cahaya dan tidak
sehat. Tidak adanya penahan angin dan posisi tidur di lantai dengan alas ala
kadarnya membuat situasi menjadi tidak nyaman. Privasi para penyintas yang
tinggal pun hampir tidak ada.
3. Masalah
pendapatan para penyintas juga merupakan kebutuhan yang sangat mendesak. Sejak
mereka mengungsi mereka kehilangan mata pencaharian, kurangnya
lapangan/kesempatan kerja yang tentunya menyebabkan penurunan pendapatan
mereka.
Referensi:
Laporan TIM
ERCB
https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sinabung
www.karokab.go.id